TAMPANG ALLO (burial cave)
Sejarah
singkat objek wisata Tampang Allo (atau Tampangallo) ini merupakan
sebuah kuburan gua alam yang terletak di Kelurahan Kaero Kecamatan
Sangalla' dan berisikan puluhan erong, puluhan tau-tau dan ratusan
tengkorak dan tulang belulang manusia.
Pada sekitar abad ke 16 oleh
penguasa Sangalla' dalam hal ini Sang Puang Manturino bersama istrinya
Rangga Bulaan memilih Gua Tampang Allo sebagai tempat pemakamannya kelak
jika mereka meninggal dunia. Demikianlah Rangga Bulaan di gadis cantik,
asuhan sang kera, meninggal lebih dahulu dan jenazalmya dimasukkan ke
dalam Erong serta diletakkan dalam gua Tampang Allo. Sedangkan Sang
Puang Manturino pada saat meninggal Erong ditempatkan pada pemakaman
losso' yang letaknya tidak jauh dari Tampang Allo. Entah bagaimana
kemudian erong Sang Puang ternyata kosong. Sedangkan jenasahnya telah
bersatu dengan jenazah istrinya di Tampang Allo. Lama setelah Sang Puang
dan istrinya Rangga Bulaan meninggal dunia pusaka kerajaan yang disebut
Bakasiroe' diambil alih oleh Puang Musu' sebagai penguasa Tongkonan
Puang Kalosi.
Pada masa itu juga Tana Toraja yang dikenal sebagai Tondok
Lepongan Bulan Tana Matarik Allo berada dalam kekacauan akibat serangan
dari kerajaan Bone. Terjadi juga peperangan antara daerah/ masyarakat
setempat dan tentara Bone membantu salah satunya dan akibat yang kalah
perang dirampas sawah dan kekayaannya serta orang-orangnya dikirim ke
Madan dan ke daerah Bugis.
Puang Musu' membawa pusaka Baka Siroe'
mengungsi ke Madan dan sewaktu Puang ini menyeberang sungai Sa'dan dan
salah seorang yang bernama Karasiak membunuh Puang Musu' dan merampas
Baka Siroe'. Keturunan Puang Musu' selalu berusaha dengan cara apapun
untuk mengembalikan pusaka Baka Siroe' ke tempatnya semula pada tahun
1934, terjadilah perdamaian antara Puang Musu' dengan keturunan Karasiak
melalui perkawinan. Kemudian dengan lahirnya anak di pari tanga, Pusaka
Baka Siroe' diberikan kepada anak tersebut untuk menyimpan dan
memeliharanya.
Demikian juga tempat pemakaman mereka kelak disepakati
di Gua Tampang Allo sebagai perwujudan perjanjian dan sumpah suami
istri yaitu "sehidup semati satu kubur kita berdua". Suaya, Kuburan raja-raja Sangalla. Kuburan
berada di salah satu sisi dari bukit. Dipahat sebagai tempat
beristirahat dari tujuh raja dan keluarga kerajaan Sangalla. Tau-tau
dari Raja-raja dan keluarga raja berpakaian sesuai dengan pakaian adat
raja Toraja di tempatkan dimuka kuburan batu. tangga batu tersedia untuk
naik ke bukit dimana raja dikala hidupnya digunakan untuk bersepi-sepi,
ditempat itu akan dibuat museum untuk menempatkan harta kekayaan dari
raja-raja Sangalla.
KAMBIRA ( KUBURAN BAYI / PASSILLIRAN )
Seseorang
yang belum tembuh gigi apabila meningal dunia akan dikuburkan ke dalam
sebatang pohon kayu yang hidup dari jenis pohon kayu Tarra'. Kayu yang
digunakan dilokasi ini telah berumur sekitar ± 300 tahun yang lalu.
Proses
pelaksanaan pekuburan sejenis ini mengenal tahap-tahap sebagai
berikut: Bayi yang meninggal dibalut dengan kain putih yang pernah
dipakai dalam posisi dalam keadaan dipangku.Kemudian keluarga memberi
tanda pada pohon kayu yang hendak digunakan sebagai kuburan (ma'tanda
kayu).Membuat lubang dengan ketentuan tidak boleh berhadapan dengan
rumah kediamannya.Mempersiapkan penutup kubur dari bahan pelepah enau
(kulimbang ijuk).Membuat tana' (pasak) karurung dari ijuk sesuai
tingkatan strata sosialnya.12 tana' karurung bagi tingkatan bangsawan.8
tana' karurung bagi tingkatan menengah.6 tana' karurung bagi tingkatan
bawah.
|
Lost in Toraja with Mr. Agus Susilo |
Ma'kadende' yaitu membuat tali ijuk sebelum jenasah dibawa ke
kuburan, seekor babi jantan hitam dipotong/disembelih di halaman rumah
duka, kemudian dibawa ke kuburan dengan diusung.Setibanya di kuburan
babi/daging tersebut dimasak dalam bambu/dipiong, tanpa diberi garam
atau bumbu lainnya setelah semua itu siap mayat dibawah ke kuburan
dengan syarat sebagai berikut:
Dibawa dalam posisi dipangku.Pengantar
mayat baik laki-laki maupun perempuan harus berselubung kain.Dilarang
berbicara, menoleh ke kiri atau ke kanan maupun ke belakang.
Setibanya
jenasah di pekuburan penjemput jenasah turun dari tangga lalu
mengambil, mengangkat, dan memasukkan jenasah ke dalam lubang kayu dalam
posisi berlutut menghadap keluar. Kemudian kubur itu ditutup dengan
kulimbang di tana' /dipasak sesuai dengan statusnya dan sesudah ini
dilapisi dengan ijuk dan diikat dengan kadende' (tali ijuk).
Sepanjang
kegiatan tersebut di atas, seluruh orang yang hadir dilarang berbicara,
nanti setelah ma'taletek pa'piong (membelah bambu berisi daging yang
sudah masak) berarti orang sudah boleh berbicara dan orang yang berada
diatas tangga sudah boleh turun.
Lemo
Adalah
tempat pekuburan dinding berbatu dan patung-patung (tau-tau). Jumlah
lubang batu kuno ada 75 buah dan tau-tau yang tegak berdiri sejumlah 40
buah sebagai lambang-lambang prestise, status, peran dan kedudukan para
bangsawan di desa Lemo. Di beri nama Lemo oleh karena model liang batu
ini ada yang menyerupai jeruk bundar dan berbintik-bintik.
Sejak
tahun 1960, objek wisata ini telah ramai di kunjungi para wisatawan
asing dan wisatawan nusantara.Pengunjung dapat pula melepaskan
keinginannya dan membelanjakan dolarnya, euronya atau rupiahnya pada
kios-kios souvenir. Ataukah berjalan-jalan sekitar objek menyaksikan
buah-buah pangi yang ranum kecoklatan, yang siap diolah dan di makan
sebagai makanan khas suku Toraja yang di sebut "Pantollo Pamarrasan".
Selamat menikmati.
LONDA
Sama
dengan Lemo, Londa adalah tempat pekuburan dinding berbatu dan
patung-patung (tau-tau). Di dalamnya terdapat gua dengan banyak
tengkorak kepala manusia. Objek wisata Londa yang berada di desa Sandan
Uai Kecamatan Sanggalangi' dengan jarak 7 km dari kota Rantepao, arah ke
selatan, adalah kuburan alam purba. Gua yang tergantung itu, menyimpan
misteri yakni erong puluhan banyaknya, dan penuh berisikan tulang dan
tengkorak para leluhur, tau-tau. Tau-tau adalah pertanda bahwa telah
sekian banyak putra-putra Toraja terbaik telah dimakamkan melalui
upacara adat tertinggi di wilayah Tallulolo. Gua-gua alam ini penuh
dengan panorama yang menakjubkan ± 1.000 m jauh kedalam, dapat dinikmati
dengan petunjuk guide yang sudah terlatih dan profesional.
Kuburan
alam purba ini dilengkapi dengan sebuah "Benteng Pertahanan". Patabang
Bunga yang bernama Tarangenge, yang terletak di atas punggung gua alam
ini. Objek ini sangat mudah dikunjungi, oleh karena sarana dan prasarana
jalannya baik. Satu hal perlu diingat bahwa seseorang yang berkunjung
ke objek ini, wajib memohon izin dengan membawa sirih pinang, atau
kembang. Sangat tabu/pemali (dilarang keras) untuk mengambil atau
memindahkan tulang, tengkorak, atau mayat yang ada dalam gua ini.
KE'TE KESU'
Ke'te'
Kesu' adalah objek wisata yang sudah populer sejak tahun 1979 terletak
dikampung Bonoran yang berjarak 4 km dari Kota Rantepao, telah
ditetapkan sebagai salah satu Cagar Budaya dengan nomor; registrasi 290
yang perlu dilestarikan/ dilindungi. Objek wisata ini sangat menarik,
oleh karena memiliki suatu kompleks perumahan adat Toraja yang masih
asli, yang terdiri dari beberapa Tongkonan, lengkap dengan Alang Sura'
(lumbung padinya).
Tongkonan tersebut dari leluhur Puang ri Kesu' di
fungsikan sebagai tempat bermusyawarah, mengelolah, menetapkan dan
melaksanakan aturan-aturan adat, baik aluk maupun pemali yang digunakan
sebagai aturan hidup dan bermasyarakat di daerah Kesu', dan juga di
seluruh Tana Toraja, yang disebut aluk Sanda Pitunna (7777).Objek wisata
ini dilengkapi pula dengan areal; upacara pemakaman (rante), kuburan
(liang) purba dan makam-makam modern, namun tetap berbentuk motif khas
Toraja, pemukiman, perkebunan dan persawahan yang cantik dan menyejukkan
hati. Sekaligus para pengunjung dapat menyaksikan seni ukir Toraja di
lokasi ini.
sumber: http://www.torajakoe.blogspot.com